JATIMTIMES - Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) bersama dengan stakeholder (pemangku kepentingan) lintas sektor menyelenggarakan kegiatan Belajar Silang Lintas Sektor untuk Ekonomi Restoratif/ Pertanian Regeneratif/Ekonomi Kreatif dan Berinovasi di Kampus Bambu Komodo (KBK), Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa (28/10/2025)
Kegiatan tersebut menghadirkan beberapa tokoh penting di tingkat nasional dan daerah, seperti Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Gubernur Maluku Utara (Malut), Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Bupati Manggarai Barat serta Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Baca Juga : Ketua DPRD Kota Blitar Dukung Program Anak Muda Naik Kelas dari Mas Ibin
Forum yang digelar bertujuan untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam membangun ekonomi restoratif berbasis bambu sebagai pendekatan inovatif untuk pemulihan lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, dan penguatan ketahanan ekonomi daerah.
Melalui diskusi interaktif, peserta forum bersama-sama merumuskan arah kebijakan dan strategi kolaboratif untuk memperkuat ekosistem ekonomi bambu berkelanjutan di tingkat nasional dan daerah.
Menurut Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, bambu merupakan bagian penting dari identitas budaya dan sosial masyarakat NTT.
“Bambu bukan sekadar tanaman, tetapi bagian dari kehidupan masyarakat NTT. Hampir setiap ritus budaya dan adat di daerah ini selalu melibatkan bambu. Karena itu, pengembangan industri hilirisasi bambu menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus menjaga identitas budaya kita,” ujar Gubernur NTTdalam rilis yang dikirim Rabu (29/10/2025).
Sementara itu, Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, menyampaikan optimisme terhadap masa depan industri bambu di wilayahnya.“Manggarai Barat tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga ingin dikenal sebagai daerah penghasil bambu terbesar di Indonesia. Saat ini, dari 24.000 log bambu yang telah diproduksi, sebagian sudah diekspor ke luar negeri dan untuk pasar dalam negeri telah digunakan sebagai bahan bangku dan meja sekolah di Jakarta,” jelasnya.
Bupati Edistasius Endi menambahkan pihaknya terus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menanam bambu, tidak hanya untuk kebutuhan industri, tetapi juga untuk ketahanan pangan.
“Rebung bambu kaya protein dan dapat menjadi solusi lokal dalam penanganan stunting. Kami mendorong masyarakat untuk menanam dan melestarikan bambu sebagai bagian dari gerakan bersama membangun ekonomi hijau dan berkelanjutan,” tambah Edistasius Endi .
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono, menyatakan pihaknya mendukung penuh terhadap upaya pelestarian dan hilirisasi bambu di NTT. Ke depan bambu juga digunakan untuk mendukung eco dan edu wisata dan mendukung terciptanya pariwisata berkualitas dan berkelanjutan di Indonesia.
Baca Juga : Situbondo Boyong Dua Penghargaan di BI Jember Awards 2025, Bukti Kolaborasi dan Inovasi Daerah
“BPOLBF memandang bambu sebagai sumber daya strategis yang mampu mendorong transformasi ekonomi restoratif di daerah. Melalui kolaborasi lintas sektor seperti yang dilakukan YBLL. Kiita dapat membangun rantai nilai bambu yang berkelanjutan, dari konservasi, produksi, hingga industri kreatif sehingga manfaat ekonominya benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan menambah belanja wisatawan yang datang ke Labuan Bajo Flores,” ujar Marhen.
Pejabat asal Banyuwangi tersebut menambahkan penguatan industri bambu sejalan dengan mandat BPOLBF untuk mempercepat pengembangan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan di kawasan Destinasi Super Prioritas Labuan Bajo Flores.
“Kami mendukung penuh inisiatif yang tidak hanya memperkuat perekonomian masyarakat, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan memperkaya identitas budaya daerah. Bambu adalah simbol harmoni antara manusia, alam, dan ekonomi,” pungkas Marhen.
Melalui kegiatan Belajar Silang Lintas Sektor, YBLL bersama para mitra strategis menunjukkan bagaimana ekonomi restoratif dapat menjadi model pembangunan baru yang inklusif dan berkelanjutan.
Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan komunitas desa menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem ekonomi bambu yang tangguh dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat NTT.
