JATIMTIMES - Alat penunjang perangkat Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini terjadinya bencana di Kabupaten Malang marak dicuri. Biasanya, para pelaku mencuri alat yang memiliki manfaat dan nilai jual tinggi. Yakni meliputi aki hingga yang paling berdampak membahayakan bagi masyarakat yaitu pencurian pemancar.
"Jadi untuk EWS, di tahun 2024 kami kehilangan aki di tujuh tempat. Kemudian kehilangan solar cell di empat tempat. Namun yang paling bahaya, ada pemancar yang juga turut dicuri," beber Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang R. Ichwanul Muslimin kepada JatimTIMES.
Baca Juga : Telkomsel dan GoPay Gelar Roadshow Panggung Judi Pasti Rugi di Surabaya
Diterangkan Ichwanul, peralatan yang hilang dicuri tersebut memiliki kegunaan masing-masing dalam menunjang EWS. Yaitu, aki sebagai penyimpan energi listrik untuk sumber daya EWS, kemudian solar cell sebagai alat pembangkit listrik tenaga matahari, dan antena pemancar informasi terkait potensi terjadinya bencana.
"Pemancar ini juga cukup mahal. Pemancar kami tempatkan (pasang) mendekati rumah-rumah penduduk. Sampai saat ini, untuk pemancar yang sudah hilang itu tiga," terang Ichwanul.
Secara perkiraan, disampaikan Ichwanul, rata-rata harga aki yang dicuri senilai Rp 2,5 juta. Pada beberapa EWS membutuhkan tiga aki. "Namun, ini bukan mengenai berapa harga aki. Tapi nyawa manusia yang jauh lebih mahal dari pada alat perangkat yang kami siapkan sebagai mitigasi bencana melalui EWS," ujarnya.
Meski tidak merinci berapa total kerugian secara materi, namun, Ichwanul memastikan, peralatan penunjang yang dicuri tersebut mengakibatkan EWS tidak berfungsi. "Ketika ada bagian alat yang dicuri, satu unit EWS tidak bisa dipakai, tidak berfungsi. Sedangkan harga pengadaan satu unit EWS bisa mencapai puluhan dan bahkan ratusan juta," ujarnya.
Mirisnya, ketika ada sebagian yang dicuri, tidak semua peralatan bisa ditemukan bebas di pasaran. Bahkan, tidak jarang hanya dijual satu perangkat utuh. Jadi, meskipun hanya dicuri sebagian, berisiko harus pengadaan satu unit secara keseluruhan. Mulai dari pengadaan alat hingga instalasi EWS.
"Jadi kami tidak bisa menghitung kerugiannya untuk alat yang dicuri saja itu berapa, karena untuk membeli itu pun belum tentu ada yang jual, kecuali yang sudah terangkai, utuh," ujarnya.
Jika dirata-rata, disampaikan Ichwanul, untuk pengadaan satu unit EWS itu lah yang mencapai puluhan dan bahkan ratusan juta. "Satu unit EWS ada yang harganya Rp 70 juta sampai ratusan juta. Tapi tidak semuanya ada di unit besar (yang dicuri)," imbuhnya.
Ichwanul menyebut, peralatan penunjang keberadaan EWS sebagai radar pendeteksi bencana yang sebagian dicuri tersebut tersebar di beberapa titik. Yakni mulai dari titik rawan bencana gempa hingga tsunami.
Baca Juga : Gubernur Khofifah Ajukan Revisi Perda PDRD, Pajak Alat Berat Dihapus
"Kalau total EWS di Kabupaten Malang ada 170-an. Yakni untuk mendeteksi mulai dari banjir, longsor, gempa, hingga angin," ujarnya.
Terkait maraknya pencurian EWS, Ichwanul mengimbau masyarakat untuk turut bersama-sama menjaga. Sehingga, pencurian bisa dicegah dan masyarakat bisa terhindar dari dampak bencana melalui upaya mitigasi.
"Kalau EWS tidak maksimal kerjanya, maka dapat merugikan bahkan ratusan orang yang kemungkinan bisa celaka gara-gara dicurinya EWS," pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Bupati Malang HM. Sanusi memastikan, maraknya pencurian EWS tersebut telah ditindaklanjuti oleh pemerintah. Sehingga tidak sampai menghambat proses mitigasi.
"EWS masih berfungsi, tapi akinya sering di curi orang. Sementara ini dampak dari pencurian tersebut masih bisa teratasi. Namun, pencurian EWS tetap berisiko membahayakan nyawa orang," tutur Sanusi.