JATIMTIMES - Dunia e-sport di Kota Malang terus menunjukkan geliat positif. Setelah sukses menyumbang medali emas di cabang Mobile Legends dan medali perunggu di PUBG Mobile pada ajang Porprov 2025 lalu, kini fokus utama pengurus e-sport adalah mencetak regenerasi atlet muda melalui sekolah hingga komunitas.
Plt Sekretaris E-sport Kota Malang, Yonanda Sisanata, mengatakan saat ini pihaknya tengah merancang kerja sama dengan sejumlah sekolah. Tterutama tingkat SMA, untuk mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler e-sport. “Komunitas pelajar juga kami gandeng, karena regenerasi itu penting. Kompetisi antar pelajar akan terus kami dorong agar lahir talenta baru,” ujar Yonanda.
Meski saat ini belum ada agenda kompetisi resmi, sejumlah event komunitas tetap berjalan. Salah satunya adalah Festival Belajar, di mana e-sport turut dilibatkan. Yonanda menegaskan, belum ada kendala berarti dalam organisasi e-sport Malang, hanya saja regenerasi di cabang PUBG Mobile sedikit melambat karena minimnya kompetisi lokal.
“Kalau Mobile Legends kompetisi di Malang sangat banyak, bahkan setiap minggu ada turnamen offline. Dari situ kami bisa memantau kemampuan atlet. Sementara PUBG Mobile, regenerasinya lebih banyak kami manfaatkan lewat event resmi kampus,” jelasnya.
Tak hanya sekolah, perguruan tinggi di Malang seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, hingga Polinema juga aktif menggelar kompetisi. Hal ini menjadi wadah strategis untuk mencari pemain potensial.
Soal evaluasi Porprov, Yonanda mengakui persiapan tim cukup mepet sehingga pencarian pemain agak tergesa. Meski begitu, hasilnya tetap membanggakan. Bahkan, beberapa pemain Mobile Legends asal Malang kini sudah direkrut klub profesional dan hijrah ke Jakarta.
“Untuk saat ini, atlet yang kemarin bertanding kami istirahatkan dulu. Fokus kami sekarang adalah pembinaan atlet baru dan persiapan menghadapi PON dengan tetap koordinasi bersama KONI Jatim,” imbuhnya.
Baca Juga : Kota Malang Apresiasi Atlet Berprestasi Internasional, Momentum Haornas Jadi Penyemangat
Terkait penyelenggaraan kompetisi, e-sport Malang juga menyoroti venue pertandingan. Pengalaman di Porprov lalu, lokasi di pusat perbelanjaan dinilai kurang ideal karena kebisingan dan gangguan sinyal. Ke depan, pihaknya merekomendasikan gedung seperti Malang Creative Center (MCC) atau fasilitas kampus yang lebih representatif. “Kalau di MCC, pemain bisa fokus di lantai atas, sementara penonton bisa menyaksikan dari bawah. Itu lebih ideal dibanding di mal,” pungkas Yonanda.
Dengan dukungan sekolah, kampus, dan komunitas, e-sport Kota Malang optimis mampu mencetak generasi baru atlet yang bisa bersaing di level nasional maupun internasional.