Pascasarjana Unikama Cetak Magister Visioner di Tengah Gelombang AI

Editor

Dede Nana

26 - Oct - 2025, 08:09

Yudisium Pascasarjana Unikama Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 (ist)

JATIMTIMES - Di tengah derasnya arus kecerdasan buatan yang kian merasuk ke segala bidang, Sekolah Pascasarjana Universitas PGRI Kanjuruhan (Unikama) Malang menunjukkan sikap taktis: tidak melawan arus, tetapi belajar berenang di dalamnya. Melalui Yudisium Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 yang digelar belum lama ini, Unikama menegaskan langkahnya dalam menyiapkan lulusan yang mampu berpikir kritis, beradaptasi cepat, dan memanfaatkan teknologi sebagai mitra, bukan ancaman.

Sebanyak 114 mahasiswa resmi dinyatakan lulus dan menyandang gelar magister. Mereka datang dari empat program studi yang berbeda, Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (77 lulusan), Magister Manajemen (27 lulusan), Magister Pendidikan Matematika (7 lulusan), dan Magister Pendidikan Bahasa Inggris (3 lulusan). Angka itu bukan sekadar statistik, melainkan potret bagaimana lembaga ini konsisten membina keahlian multidisipliner di era lintas batas pengetahuan.

1

Direktur Sekolah Pascasarjana Unikama, Dr. Sulistyo, M.Ak., menyebut bahwa tantangan terbesar dunia akademik saat ini bukan hanya menguasai teori, tetapi memahami cara berpikir baru di tengah kehadiran teknologi yang terus berubah. “Kita tidak bisa memusuhi AI. Yang harus dilakukan adalah memahaminya, menguasainya, lalu menjadikannya alat untuk memperkuat pendidikan, riset, dan dunia usaha,” ujarnya.

Baca Juga : Tiga Srikandi Unisma Ukir Prestasi, Jadi Lulusan Terbaik di Wisuda ke-77

Menurutnya, lulusan pascasarjana tidak cukup hanya menjadi pengguna teknologi, melainkan juga harus menjadi penggerak ide. Unikama, kata dia, berupaya membangun pola pikir mahasiswa agar kritis terhadap data, cermat dalam berpikir, dan fleksibel dalam beradaptasi. “AI bisa menggantikan pekerjaan, tapi tidak bisa menggantikan kemanusiaan dan empati. Dua hal itulah yang terus kita rawat di ruang belajar Unikama,” tambahnya.

2

Salah satu kisah menarik datang dari Hafis, mahasiswa asal Baranti dari Program Studi Magister Pendidikan Matematika, yang meraih Indeks Prestasi sempurna 4,00. Ia mengaku perjalanan akademiknya di Unikama memberinya perspektif baru tentang hubungan antara logika dan kehidupan nyata. 

“Saya belajar bahwa matematika tidak hanya berhenti di angka, tetapi juga bisa menjadi cara untuk membaca realitas sosial dan memecahkan persoalan di dunia pendidikan. Itu pengalaman yang membentuk saya,” ungkapnya.

Yudisium kali ini menjadi cermin arah baru pendidikan tinggi: bagaimana kampus mampu melahirkan generasi pembelajar yang tidak gagap pada disrupsi teknologi. Para magister baru Unikama diharapkan tidak berhenti pada gelar akademik, tetapi membawa gagasan dan inovasi ke ruang-ruang publik, sekolah, lembaga, dan bisnis.

Baca Juga : Penuh Haru, Rektor UIN Malang Serahkan Ijazah untuk Mahasiswi S2 yang Telah Tiada

Dengan bekal riset, etika, dan kemampuan adaptif, lulusan Unikama diharapkan menjadi wajah baru intelektualitas Indonesia, yang berpikir kritis tapi tetap berpijak pada nilai kemanusiaan. Mereka bukan sekadar menunggu perubahan, tetapi menulis ulang masa depan dengan kecerdasan dan empati.

Unikama, lewat program pascasarjananya, seolah ingin mengatakan bahwa pendidikan bukan hanya perkara mencetak sarjana, melainkan mengasah cara pandang terhadap dunia. Di tengah hiruk-pikuk kecerdasan buatan, kampus ini memilih tetap berpihak pada kecerdasan manusia, yang berpikir, merasa, dan berbuat dengan kesadaran.