Proyek Drainase Suhat Kota Malang Dikerjakan Dua Tim, Target Lebih Cepat Tuntas
Reporter
Hendra Saputra
Editor
Nurlayla Ratri
13 - Oct - 2025, 01:48
JATIMTIMES - Di tengah udara musim hujan yang mulai mengintip, proyek strategis revitalisasi drainase sepanjang Jalan Soekarno‑Hatta (Suhat) Kota Malang disemangati dengan percepatan luar biasa, dari satu tim kemudian dibagi menjadi dua. Bahkan wacana muncul untuk menambah tim ketiga, agar pengerjaan selesai sesuai ambisi target yaitu sebelum liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.
Pernyataan ini disampaikan oleh Bagus Akbar, tim teknis Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Jawa Timur, Senin (13/10/2025) melalui sambungan telepon. “Setelah Pak Wali meninjau, kami minta tambahan satu tim lagi, jadi dua, dan kemungkinan jadi tiga,” ujarnya. Dengan tambahan personel, kecepatan pengerjaan diharapkan meningkat signifikan.
Baca Juga : Penyaluran Laptop untuk Sekolah Rakyat Kota Batu Molor Lagi
Menurut laporan terakhir, progres fisik proyek sudah mencapai sekitar 20–25 persen, dan material utama seperti box culvert telah didistribusikan di sejumlah titik sepanjang jalur Suhat. Di kawasan RSUB, sebagian box culvert sudah tampak menutup badan jalan, menandakan bahwa pekerjaan progresif sudah merambah ke bagian inti koridor pengerjaan.
Sebelumnya, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menyebutkan bahwa progres proyek baru sekitar 14 persen setelah 15 minggu berjalan. Untuk mengejar target penyelesaian, poin percepatan menjadi sangat mendesak.
Salah satu hambatan signifikan yang dihadapi tim lapangan adalah keberadaan pipa PDAM yang berada di jalur penggalian box culvert. “Saat menggali untuk box culvert, terdapat pipa PDAM yang harus dipindah,” jelas Bagus.
Ia menambahkan bahwa koordinasi telah dilakukan dengan PDAM Kota Malang, dan sekitar malam hari PDAM sudah stand by dua tim untuk menggeser pipa agar pekerjaan tidak terbengkalai.
Selain pipa, utilitas lain seperti tiang listrik, reklame, dan jaringan kabel juga menjadi tantangan dalam pelaksanaan proyek. Misalnya, Dandung Djulharjanto (Kepala DPUPRPKP Kota Malang) menjelaskan bahwa proyek drainase ini memang memerlukan pembongkaran utilitas termasuk pipa, tiang listrik, reklame, serta jaringan kabel bawah tanah.
Di sisi lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang telah menegaskan bahwa penebangan pohon akan dilakukan secara selektif dan tidak sembarangan. Hanya pohon yang benar-benar berada di area drainase yang terdampak langsung yang akan pemangkasan atau pemindahan.
Untuk mengejar target penyelesaian, dari semula pengerjaan hanya dilakukan malam hari (sekitar pukul 22.00–06.00 WIB). Kini tim juga diizinkan bekerja siang hari dengan pengaturan khusus agar tidak mengganggu jam puncak lalu lintas.
“Nanti akan dilakukan pengerjaan di siang hari supaya selesai; karena Nataru nanti pasti akan macet,” kata Bagus.
Baca Juga : Kalender Jawa Senin Pon 13 Oktober 2025: Watak, Rezeki, Jodoh, dan Pekerjaan
Ia menegaskan bahwa koordinasi telah dilakukan dengan Dinas Perhubungan (Dishub) agar rekayasa arus lalu lintas saat pekerjaan maksimal dapat diantisipasi. Kondisi kepadatan yang telah muncul di beberapa titik menjadi perhatian utama agar dampak terhadap pengguna jalan bisa diminimalisir.
Wali Kota pun meminta agar pelaksana proyek meninjau dampak hujan, karena periode Oktober hingga Desember diprediksi menjadi musim hujan awal yang dapat menghambat pekerjaan.
Ketika proyek ini rampung, drainase Suhat yang kini tengah digarap dirancang untuk menjadi solusi permanen terhadap genangan yang sering mengganggu di sejumlah titik Kota Malang, khususnya di kawasan Suhat, Jalan Letjend Sutoyo, Sulfat, dan kawasan Kedawung.
Menurut Dandung, saluran baru berukuran 2,5 meter × 2,5 meter sepanjang sekitar 1.300 meter (dan beberapa segmen tambahan) akan mampu mengalirkan limpasan air langsung ke Sungai Brantas, sehingga kapasitas tampung genangan kota dapat meningkat drastis. Bahkan ia menyebut jika proyek ini berhasil, sekitar 80–100 persen banjir di Suhat dapat diatasi.
Sejak awal, proyek ini sudah direncanakan untuk menggunakan dana dari APBD Provinsi Jawa Timur, dengan nilai yang beberapa kali disebut sebesar Rp 32 miliar. Sumber lain menyebutkan bahwa nilai anggaran bisa bervariasi tergantung penyesuaian teknis dan kebutuhan utilitas.
Proyek ini juga telah melalui penyesuaian teknis (Contract Change Order/CCO) agar perencanaan sesuai situasi lapangan, terutama terkait utilitas dan pohon.